AdSense Page Ads

Tuesday, January 18, 2011

Bhinneka Tunggal Ika yuk!



Hari ini Purnama, dan murid-murid sekolah (negeri) di Bali yang beragama Hindu memakai baju adat ke sekolah untuk mengikuti persembahyangan Purnama bersama. Lovin' it!

Saya sudah pernah cerita betapa saya suka baju adat Bali dan persembahyangan Hindu Bali, dan buat saya ngeliat berbagai warna, model dan bentuk baju adat yang dikenakan anak-anak sekolah ini benar-benar menyejukkan mata. Untuk anak lelaki, ada berbagai jenis udeng, kain, kemeja adat; untuk anak perempuan ada berbagai warna dan jenis kebaya, kain, selendang. The combination is endless!

Saya ga pernah suka seragam (pasti semua juga sudah ngeh hehehehe). Seragam buat saya terlalu mengikat, dan saya beruntung sampai saat ini saya ga pernah kerja/kuliah di tempat yang mewajibkan saya memakai "seragam" atau "baju resmi". Saat SMA pun saya bersenang-senang dengan seragam saya, tweaking here and there, nambahin aksesoris ini itu (termasuk menyablon logo Slank di baju seragam hehehehe), pokoknya showing off my personality. Makanya saya suka ngeliat variasi di Bali, tiap bulan ada 1 hari yang anak sekolahnya bebas dari seragam dan bisa memilih baju adat mana yang ingin mereka pakai.

Kalau dipikir-pikir, kenapa tiap daerah ga membuat seperti itu ya? Bukankah menyenangkan sekali dan sangat Bhinneka Tunggal Ika?

Di masa sekarang, dunia seolah terbagi menjadi "Aku", "kamu", dan "mereka"; ga ada lagi "kami" dan "kita". Seolah dunia terbagi menjadi "Islam", "Kristen", "Hindu" dan sebagainya. Ada beribu jenis/cara/pemahaman Islam, ada berbagai gereja Kristen/katolik, bahkan Hindu dan Buddha pun memiliki berbagai bentuk/sekte yang berbeda. Jadi apa yang ngebedain sih sebenarnya?

Saya yakin banyak pembaca yang ga setuju sama pandangan saya, tapi buat saya lebih masuk akal "perbedaan suku" daripada "perbedaan agama". Agama itu pilihan, urusan seseorang dengan Tuhan yang dipercayainya. Banyak orang yang dulunya Hindu pindah ke Islam, Islam ke Kristen, Kristen ke Buddha, dan seterusnya. Like I said, itu urusan mereka dengan yang "diatas". Tapi suku dan ras? Mana bisa kita memilih: "saya ingin lahir sebagai orang Bali", misalnya. Ga bisa kan? Pasti Tuhan punya rencana sendiri kenapa saya terlahir sebagai orang Bali, kenapa orang yang saya taksir terlahir sebagai orang Batak (hi Choky, yeah I love you!!), kenapa teman baik saya terlahir sebagai orang Kalimantan.

Masuk akal kan kalau kita bangga akan suku dan ras kita, karena pasti Tuhan memutuskan itu yang terbaik buat kita. Berpikirlah "Saya bangga dengan ras/suku saya.", tapi jangan membanggakan "Ras/suku saya lebih baik dari yang lain!". Itu mah kaya Nazi yang mengagungkan bangsa Arya, padahal mereka cuma menang cakep/bersih aja.

Jadi apa yang bisa dilakukan?? Gimana kalau mengusung sesuatu khas suku kita? Misalnya berbaju kemeja yang terinspirasi baju bodo, atau scarf bermotif songket? Something simple dan kreatif aja, ga harus pake headdress minang yang sedemikian besarnya ke kantor hehehhe. Sayangnya nggak ada hari "Bhinneka Tunggal Ika" sih. Mungkin saat hari Kartini tanggal 21 April? Ga usah beli baju baru atau yang heboh-heboh, seadanya aja. Baik cowok maupun cewek bisa ikutan kok, cuma perlu kreatif saja. Mau ikutan? :)


Photo courtesy of Charlottines - Flickr

1 comment:

  1. iya ya kenapa gak ada hari bhinneka tunggal ika ya, hahaha
    wah saya mah terkadang abelum mampu menulis sarkatis seperti ini

    ReplyDelete

Search This Blog