AdSense Page Ads

Tuesday, April 12, 2011

Tenang, Saya Bahagia Kok...

"Kamu tidak bahagia, kamu tidak bisa melepaskan kesedihanmu dan itu jadi seperti candu buatmu." Errm, say that again? (*bingung.com). "Kamu harusnya melepaskan semua itu, jauh dari segala yang negatif termasuk di koran atau TV. Percaya deh, hidupmu akan menjadi lebih baik..." Hhhuuuh??? (*serius tersesat jadinya)

Bener deh, seandainya saya ga tau teman saya orangnya amat-sangat serius maka saya pasti menuduhnya habis mengkonsumsi "mushroom"... Entah gimana perbincangan kami mengenai hal lain (yang tidak ada hubungannya dengan kebahagiaan) berakhir di kalimat diatas. Saya meningalkan dia dengan perasaan gundah. Apa iya saya tidak bahagia? Apa iya saya mencandu emosi negatif? Saya lama berpikir sampai saya teringat sebaris tulisan dari Kahlil Gibran:

"The deeper that sorrow carves into your being, the more joy you can contain.
Is not the cup that holds your wine the very cup that was burned in the potter's oven?
And is not the lute that soothes your spirit, the very wood that was hollowed with knives?"

The Prophet - On Joy and Sorrow

Tiap orang memiliki pandangan berbeda mengenai kebahagiaan, mengenai kesedihan. Ada orang, seperti teman saya, yang berpendapat bahwa berbahagia berarti jauh dari kesedihan, damai dan jauh dari segala yang negatif. Ada orang, seperti tokoh dalam bukan Da Vinci Code, yang berpendapat bahwa dalam kesengsaraan/kesakitan maka akan ada kebahagiaan sejati. Ada orang, seperti saya, yang ga terlalu perduli dan selalu bahagia dengan hal-hal kecil. Tidak ada kebahagiaan absolut, karena konsep kebahagiaan itu sendiri berbeda untuk tiap orang.

Buat saya, semua hal dalam hidup bisa membuat saya bahagia. Senyuman saya, tawa saya, tangisan saya, saya menikmati semua itu. Saat susah, saat senang, saat tenang, semua itu berharga buat saya. Mencium wangi kemuning saat menuju kantor membuat perasaan saya ringan, mengendarai motor menembus banjir di malam berbadai membuat saya tertantang, bahkan meeting "panas" di kantor pun saya nikmati sepenuhnya. Apa yang terjadi, terjadilah. Semua yang terjadi membentuk siapa saya, dan bagian yang tak terpisahkan dari diri saya. Tuhan sudah repot-repot memberikan pengalaman hidup, jadi terima dan nikmati saja. Seperti kata iklan, "I want to live my life to the absolute fullest." Apa itu membuat saya tidak bahagia?

Bohong kalau saya selalu bahagia, selalu tersenyum. Ada masa-masa dimana saya lagi depresi banget, tapi masa favorit saya justru saat depresi itu, atau tepatnya saat saya mengangkat kepala saya dan bilang, "What the hell. I'm gonna make it!". Ada masa-masa dimana saya bahagia banget, tapi justru masa itu yang saya takuti, karena setelahnya bila saya jatuh maka akan teramat menyakitkan.

Saya lalu jadi teringat tulisan dari kolumnis favorit saya (kolom Parodi di Kompas Minggu, really worth it!) :
"Bukankah bintang itu terlihat lebih jelas karena langit itu gelap? Dan perhiasan atau jam mewah selalu disandingkan dengan latar hitam agar terlihat mewah dan kilaunya menonjol?"
Iya juga, jadi hitam atau negatif itu tetap diperlukan toh, paling ga biar yang terang atau positif itu bisa tambah mentereng?

Apakah berarti saya tidak bahagia? Kalau perasaan yang benar-benar kuat, benar-benar hidup seperti ini dibilang bukan Bahagia, saya tidak tahu lagi Bahagia itu apa. Apakah berarti saya mencandu emosi negatif? Tidak tahu, yang saya tahu saya meng-embrace, menikmati segala hal yang terjadi baik buruk maupun baik. Orang boleh berpendapat apapun mengenai kebahagiaan, itu hak mereka. It's their life and not mine, it's my life and not theirs. Buat saya, hidup seperti kutipan iklan susu: Life is an Adventure!

2 comments:

  1. saya juga bahagia,. bahagia dengan cara saya sendiri... :)

    nice blog sist. salam kenal :)

    ReplyDelete
  2. thx armae,salam kenal juga. Tiap orang memang kudu punya kebahagiaan sendiri, 'hidupku bukan hidupmu' hehehe. Blog kamu juga bagus :)

    ReplyDelete

Search This Blog