AdSense Page Ads

Wednesday, August 31, 2011

Selamat Lebaran, Ibu penjual kelapa parut

Apa makna lebaran bagi anda? Pagi ini saya belajar makna lebaran dari seorang ibu penjual kelapa parut di pasar.

Ibu tua ini mengenakan busana muslim tertutup, celana panjang longgar, dan sejenis topi penutup kepala (bukan jilbab). Pokoknya beliau terlihat rapi di hari raya ini, namun beliau tidak berada di rumah/masjid yang bersih dan meriah. Beliau berada di dalam los kelapa parut di pasar, diantara sabut kelapa dan beceknya air, melayani pembeli dengan senyum ramah. Ibu ini mungkin tetap berjualan karena sudah ikut lebaran di hari sebelumnya, mungkin juga saudara-saudaranya baru datang sore hari, atau bisa jadi ibu ini memutuskan untuk tetap berjualan (kelapa adalah bahan penting dalam kehidupan orang Bali, mereka memakai kelapa setiap hari). Apapun alasannya, inilah yang membuat saya kagum.

Bayangkan, ada berapa banyak umat muslim lainnya yang tidak berlebaran karena harus menjalani profesinya: polisi, dokter, wartawan, pelayan rumah makan, atau berbagai profesi lainnya di negara-negara yang tidak merayakan lebaran. Namun saya yakin sepenuhnya mereka menjalaninya dengan ikhlas. Begitu pula dengan puasa. Konon puasa di Rusia bisa mencapai 19jam. Walau sudah sarapan, biasanya jam 10 saya sudah gelisah mencari cemilan. Saat saya puasa 24jam di hari Nyepi pun (yang amat sangat jarang berhasil sampai tuntas) itu dalam kondisi libur, bukan bekerja. 14 jam puasa tanpa makan dan minum selama 1 bulan dengan tetap beraktivitas benar-benar sesuatu yang luar biasa buat saya.

Kalau saya diminta mendeskripsikan Islam, maka kata-kata yang akan saya pakai adalah: ketabahan, keteguhan, kekuatan. Hanya orang-orang yang demikian tabah, teguh, dan kuat imannya yang mampu menjalankan ibadah yang demikian fantastis ini. Saya kesulitan mengasosiasikan Islam dengan orang-orang yang menghancurkan klub malam, yang melakukan
teror bom, yang menyerang kelompok minoritas/berbeda. Islam buat saya adalah teman-teman SMA saya yang menyempatkan diri sholat dhuha di saat istirahat sekolah, namun tetap menyapa saya ramah (atau bahkan langsung menarik saya untuk mengobrol di mesjid kalau saya terlihat nganggur ga jelas); teman kuliah saya yang sholat saat mendapat cobaan, dan setelahnya mampu mengangkat kepala dengan tinggi dan berkata "Insya Allah, gw pasti bisa!"; teman-teman nongkrong yang demikian gila dan asyik, tapi tetap ingat jam sholat, ga peduli seberapa rusuhnya saat itu; orang-orang yang tetap menjalankan profesinya semaksimal mungkin dengan senyuman di bibir walau sedang menahan lapar dan haus (plus emosi); orang-orang yang mengucap "Alhamdulilah" dengan penuh syukur saat berbuka dan saat lebaran, karena demikian bahagianya mereka telah berhasil menjalankan ibadahnya. Ada yang pernah bilang, Islam adalah cahaya Ilahi. Saya rasa itu benar, karena saya melihat cahaya-Nya dalam diri orang-orang ini.

Berdasarkan aturan (yang konon ada), saya selaku umat non-muslim tidak boleh memberikan ucapan selamat pada umat muslim, dan mereka pun tidak boleh menerima ucapan selamat dari saya. Terserah anda mau menerima atau tidak, terserah anda memutuskan ingin tersinggung atau tidak, saya hanya ingin menyampaikan kegembiraan saya akan hari kemenangan anda. Selamat Idul Fitri ibu penjual kelapa parut, selamat Idul Fitri bagi semua yang merayakan. Semoga Tuhan selalu memberkati.

Monday, August 29, 2011

Bike tour in Kuta: Enjoy the other side of Bali



It's holiday time, you're in Bali, and you have no idea what to do next (or first!). Why not grab a bike and explore other side of Bali? And when I say Bike, I mean the old version bike, the delightful human-powered ones as opposed to the gas-guzzling motor bikes with (what seemingly) drivers who didn't pass the diving test. Unwind and let loose of yourself, get some fresh air (and a nice exercise while you're at it), and enjoy Bali at its best :).

AirAsia HSBC will be having a bike tour in Kuta this Sunday, September 4 2011, and the route covers Kuta Beach, Legian Beach, Seminyak area, and ends during sunset at Petitenget Beach and Temple. Thinks you already know these area like the back of your hand? Think again, as visiting it on bike is way nicer (and cooler) than visiting it inside a closed air-conditioned vehicle or on loud motorbikes with people swearing around you. You wont have to deal with the traffic, that's for sure, as the route takes shortcuts along the beach so you get to see the gorgeous beach and delightful shops, even some patches of rice field (Yeah, we still got some in Seminyak. Don't believe it? Join the tour then).



I think this is the first time anyone do a bike tour in Kuta, though it's a regular in Ubud, and that's why I'm so excited about it. It costs a mere IDR 300,000 (that's more or less USD 36/AUD 33), and it already includes bike for the tour, snack, and a nice t-shirt. The tour team includes mechanic, medic, guide, even a car to bring your shopping bags. Didn't I mention? They have special photo and shopping session in the route, one of Bali's best area to shop (and eat!). So get your camera and cards ready ;).

You can get more info and registered for this tour in AirAsia HSBC booth at KutaBex (just before the Kuta's McDonald by the beach). If you are in Bali and happened to stay around the area, I think you really should come and join the tour. Hopefully the tour can be a good start for other biking tours to come in the bustling Kuta Area. Biking is so much greener and so less noisier than other mode of transportation; we're not so alienated as when we're in cars or motorbikes, yet not too "involved" as one might feel when traveling on foot; it offers a different point of view;it's just perfect. Being the first to experience this new and unique side of Bali doesn't hurt either :). Hope to see you this Sunday with your bikes and gears on!

UPDATE: read the whole review and story here!!!

Tur Sepeda - Kuta Style: Sisi asyik lain dari Bali



Pernah dengar tentang indahnya Legian? Atau asyiknya Kuta? Atau kerennya Seminyak? Buat yang pernah (apalagi sering) ke Bali pasti sudah akrab dengan ketiga daerah tersebut. Tapi pernahkah anda mengunjungi daerah tersebut dengan sepeda? Yup, it's gonna be fun!!

Beberapa hari lalu saya mendapat telepon yang mengajak saya ikutan tur sepeda di daerah Kuta dan sekitarnya. Pada awalnya saya cukup garuk-garuk kepala, memang ada yang menarik di sana? Kalau tur sepeda di Ubud saya sering dengar, tapi tur sepeda di kuta benar-benar baru pertama saya dengar. Namun rasa penasaran saya tergelitik, dan jadilah saya mencari tahu lebih banyak.

Info resminya: tur ini diselenggarakan oleh AirAsia HSBC, dan akan dilangsungkan pada tanggal 4 September 2011 dengan starting point mall KutaBex, dan menempuh rute Kuta > Legian > Seminyak > Petitenget. Info tidak resminya (dari saya): rute (dan acara) ini asyik banget. Benar-benar asyik.



Sesuai tag linenya: Experience Bali Like No Other, tur ini diselenggarakan agar wisatawan bisa melihat Bali dari sisi lain. Yeah,pasti kebanyakan wisatawan sudah pernah ke daerah-daerah tersebut, tapi sensasi mengunjungi rute tersebut diatas sepeda pastilah berbeda. Saat saya ikut mengecek rute, imajinasi saya langsung menggila.

Bayangkan mengendarai sepeda di sepanjang jalan pantai Kuta, namun kali ini anda tidak akan terjebak dalam kemacetannya; lalu beralih ke pedestrial/jalan setapak di dekat pantai Legian, bersepeda sambil menikmati deburan ombak dan luasnya lautan di kejauhan; pemandangan kemudian beralih ke toko-toko dan restoran hip di Seminyak, beserta sepetak-dua sawah yang memberikan kontras yang indah dari segenap gemerlap modernitas; sampai akhirnya anda sampai di poin terakhir, menikmati sunset di Pantai Petitenget, yang juga memiliki bangunan Pura yang kuno dan indah. Wow.

Tentu saja, rute ini bisa dengan mudah anda tempuh dengan kendaraan bermotor (plus semua kemacetan dan emosi jiwa nya ya), namun bersepeda membuka sisi lain. Anda tidak terlalu "terpisah" sebagaimana bila anda di kendaraan bermotor, namun anda juga tidak terlalu "terlibat" sebagaimana bila anda berjalan kaki. Biking is just perfect.



Info lebih lanjut dan pendaftaran bisa dilakukan di booth AirAsia HSBC di KutaBex. Jangan khawatir, ini terbuka untuk umum lho. Pendaftaran Rp 300ribu sudah include sepeda saat tur, kaos, pin, dan snack. Kalau kebetulan anda pengguna AirAsia HSBC yang akan terbang ke Bali tanggal 27 Agustus - 3 September 2011, maka bisa jadi anda termasuk yang beruntung untuk mengikuti tur ini secara gratis. Tim yang dipersiapkan sudah termasuk mekanik, paramedis, bahkan special car yang dialokasikan untuk barang belanjaan anda. Yup, di rute tur ini bakal ada sesi belanja plus sesi foto, so get your camera and cards ready!

Bali itu indah banget dan banyak banget sisi menariknya yang mungkin anda belum tahu, bukan cuma tarian pendet/kebudayaannya atau resort-resort mewahnya atau lokasi hiburan seperti klub malam-waterbom-bali safari-dan kawan-kawan. Take a chance, get to know it more, and flaunt it like crazy! Sampai bertemu hari minggu tanggal 4 September!!

UPDATE: baca cerita serunya disini!!!

Monday, August 8, 2011

Salam Bunga Sepasang....


Waktu saya pulang di hari Sabtu lalu saya melihat billboard ini. Maka masuklah saya dan duduk manis menonton. How I miss Perisai Diri.

Pertandingan yang sedang berlangsung adalah tarung, dimana kedua pesilat bertarung menggunakan teknik Perisai Diri. Tenang, pakai body protector kok dan ada batas waktunya (sekitar 5 menit), dan poinnya bukan melumpuhkan lawan tapi bagaimana mengumpulkan skor terbanyak. Saya juga ga ngerti detail perhitungannya, tapi saya merasa sangat enjoy. Ini bukan Tinju atau Kick boxing yang dengan ganasnya mengincar lawan. Perisai Diri memiliki teknik yang elegan, sehingga menonton pertarungan pun rasanya jadi terus terucap, "wow, Keren!!".



Berbagai teknik Perisai Diri semuanya dapat dipergunakan dalam berbagai situasi. Silat dengan trisula atau toya/tombak mungkin sudah biasa, namun bila memakai payung atau kipas? Yup, saya pernah melihatnya and he looks so awesome... Atau anda bisa juga melihatnya dibawah ;). Yang jelas, Perisai Diri bukan hanya teknik yang enak dipandang namun juga sebuah jalan hidup. "Membaca" orang, menghindari "serangan" bos, efisiensi waktu, ini adalah sedikit yang saya pelajari dari Perisai Diri, walau saya terlalu dodol untuk ikut ujian (plus terlalu malas). Bayangkan bila saya tidak terlalu malas, mungkin lebih banyak yang bisa saya dapatkan.



Sayangnya hanya 1 jam kemudian seluruh acara sudah selesai, dan saya duduk sendiri menatap lapangan kosong. Saya merindukan Perisai Diri Trisakti.



Saya mengenal Perisai Diri semasa kuliah, walau saya tidak tahu apakah saya suka Perisai Diri karena orang-orang yang saya kasihi menyukainya atau saya memang suka saja. Yang jelas dari pertama saya melihat mereka demo, saya terbengong-bengong dan takjub melihatnya. Selain teknik yang memang tampak keren, saya suka fakta bahwa semua orang bisa mengikutinya tanpa membayar terlalu mahal (kecuali bila anda kebetulan di luar negeri), dan bahwa olahraga ini bisa dilakukan oleh segala kalangan. Dan saya juga suka cara mereka support rekan-rekan mereka, karena kekeluargaan mereka yang erat. Di era penuh serbuan budaya bangsa asing, ada suatu kedamaian dan kebanggaan tersendiri melihat loyalitas anak Perisai Diri dan elegannya teknik mereka yang sangat Indonesia.

Bila anda bukan anak Perisai Diri, coba deh main dan melihat sebuah pertandingan atau sesi Perisai Diri. Bila anda tidak suka tidak apa-apa, tapi saya cukup yakin anda akan tertarik. It really is an amazing sport :).






Wednesday, August 3, 2011

Please, Be Civilized!

Disadvantaged Balinese will serve a charity *censored name* dinner at *censored place* on *censored date*, following 10-weeks of hospitality training in partnership with *censored name* . The seven students of this pilot program have never had formal schooling and most were illiterate before they joined *censored name* vocational training program....

Their training includes setting tables, pouring drinks, serving meals, taking orders and clearing plates. At the [the event], they will serve 'real' guests for the first time.


How delightful. A group of "disadvantage" and "illiterate" people serving "real guests". Forgive me for being furious, but it's my people you happen to talk about. Sorry, I meant "you happen to humbled, humiliate, and disregard."

Here's another one from Tripadvisor:
I was uncomfortable to be overlooked by people less fortunate than ourselves, especially when sitting on the verandah and the livestock was very noisy, especially the roosters and dogs.


Sorry for screaming this out loud, but what is wrong with you tourists anyway? The only thing we ever done was not living according to the western standard, why do you have to get so bitchy about it? Sorry we don't read latin alphabet though we can read the stars and suns and well predict on what happen in the future, sorry we have coffee grounds in our cups though it tastes waaaay more delicious that way, sorry our dogs run loose and have darn fun with their lives instead of hopelessly obedient and eat dry pathetic dog food, sorry we don't watch jersey shore (like it'll do us good anyway). Your ways aint perfect as well.

I am so upset on hearing (western) tourists complain on how "not nice" everything is in Bali, and so upset to hear we're constantly considered as second class citizen. In our own country. Our ways are good and it works perfectly with our way of life. But then villas are being built, hotels are being made, and our ways is forcefully change to comply according to "western" standard. Try living in our shoes, try eating with your hands instead of with fork and knife and see how it works for you.

And was it really our mistake? I didn't see any Bule hesitate on obscuring the lowest price possible for strategic piece of land in Bali. And I didn't see they care what the local Balinese will do with the money, which in most cases being spent to oblivion in a matter of weeks. It's the spanish inquisition all over again, a crate of aztec gold being bartered for a handful of useless beads. I rarely (if ever) see tourist ask whether the hotel/villa/whatever they currently stay have building+business permit or not, and whether it's catered by locals. Like the example above, why not just enrolling the "disadvantage" people in courses and give them the job? I thought there's rule that apply a certain minimum numbers of local people to work in businesses to ensure job growth. Did the tourists pay attention to that? Of course not. They're too busy saving the cattle from inhumane treatment. How nice to know how worthless we are.

Sorry but I do know what I'm talking about. Too many people build so-called philanthropy organization in Bali just for the sake of cashing money. I was in one such institute as the education manager and I ran away promptly when I realize the money went more to build the owner's luxury villa. I met a school principal recently (caucasian male), along with my friend (who happen to know him) and a dutch lady. He didn't even give me a glance and speaks continuously with the dutch girl. What a gentleman. I have more to share, including the facts that working tourists get paid many times more than the locals, albeit they have the same skill. And you're blaming us for being illiterate and having "disadvantages".

If you want something civilized, go to a standard western countries instead of loitering and complaining in a developing country such as Indonesia. If you want to come here, please don't f*** with our way of life and stop whining around, especially if you do not do anything to rectify what you think is wrong with us. You're the guest and not the host, remember?

Monday, August 1, 2011

Simpati, Empati, Kasih

Seorang teman Facebook saya sedang dilanda masalah. Dan saya jadi
lumayan girang. 'Akhirnya kena batunya' batin saya, karena dia cukup
sering bikin orang lain senewen. Juga ada perasaan bangga bahwa hidup
saya jauh lebih bahagia dari dia, walau sebenarnya saya lebih
berkekurangan dalam berbagai hal. Sekarang saya menyesal.

Siapa sih yang tidak pernah merasa apa yang saya rasakan? Itulah
kenapa 'balas dendam' menjadi tema langganan di film-film dan
sinetron. Benar banget kalau kita tidak bisa mendapatkan apa-apa
dengan balas dendam, tapi rasanya enak sekali melihat orang yang
melukai kita terluka. It felt so good. Cuma satu masalah tadi, kita ga
dapat apa-apa kecuali makian dan kebencian tambahan.

Bayangkan anda melihat orang yang menyakiti anda sedang bermasalah,
mungkin anda merasa senang. Tapi cobalah anda bayangkan bila anda di
posisi mereka. Teman saya belum bisa memahami bahwa hidup itu bisa
menyenangkan, bahwa kadang masalah itu terjadi karena kesalahan kita
sendiri. Saya harusnya bersimpati padanya, kasihan akan
ketidakbahagiaannya. Saya harusnya berempati padanya, mengerti bahwa
tak semua orang mampu sesantai dan secuek saya dalam menikmati hidup.
Ini bukan berarti saya rela dibikin susah sama dia, tapi saya harusnya
bisa menunjukkan kasih saya. Tuhan saja terus mengasihi saya, sebanyak
apapapun kesalahan saya; sombong sekali kalau saya malah menertawai
dan tak mau mengerti orang yang sudah menyakiti saya. Siapa gue, gitu
loh...

Jadi maafkan saya ya teman. Semoga masalahmu cepat selesai, atau kamu
cepat sadar bahwa masalahmu itu bisa diselesaikan. Maaf ya teman...

--
Regards,
-Ary-

Search This Blog