AdSense Page Ads

Sunday, July 13, 2014

Menanti Terbuktinya Kecurangan Jokowi

Iya. Anda tidak salah baca. Saya benar-benar menanti terbuktinya kecurangan Jokowi dari penghitungan KPU ini. Tahu kan maksud saya: form-form C1 yang kelihatan angkanya dirubah demi memenangkan satu pihak, suara yang hilang (disini dan disini), jumlah suara Jokowi yang lebih besar dari lawannya tapi hanya ada tanda tangan saksi dari pihak Jokowi, kertas kosongan yang hanya ada tanda tangan saksi dari pihak Jokowi, [indikasi] kecurangan seperti itulah yang saya masih tunggu-tunggu. Dan bukan hanya satu dua ya, tapi buanyak. Setidaknya harus sama jumlahnya dengan [dugaan] kecurangan yang menguntungkan lawannya, dan kalau bisa malah jauh lebih banyak. 9 hari menuju pengumuman KPU, namun pantauan saya di tumblr C1 yang Aneh kebanyakan masih cuma 'kejanggalan' yang menguntungkan pihak Bow-wow, belum ada indikasi 'kejanggalan' yang menguntungkan Jokowi; dan begitupula di sosial media. Tapi 9 hari adalah waktu yang lumayan panjang. Saya masih berharap.

Kenapa saya berharap kecurangan Jokowi terbukti? Simpel saja, saya ingin meyakinkan diri saya bahwa sekian banyak rakyat Indonesia yang menuduh Jokowi brengsek itu ada benarnya; bahwa mereka - yang merupakan saudara-saudari saya sebangsa setanah air - tidak hanya mengucapkan tuduhan itu cuma karena dasar ketidaksukaan dan ketakutan yang tidak rasional, bahwa mereka memang benar-benar memiliki alasan kuat untuk melontarkan seluruh tuduhan tersebut. Pemimpin brengsek toh lebih mudah dihadapi dan 'diakali', kita sudah latihan selama lebih 40 tahun lebih. Kalau punya pemimpin brengsek kita tinggal demo toh, dan menyatakan mosi tidak percaya kalau memang ia membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalau memang dia benar-benar bikin susah, PBB juga ga akan tinggal diam. Terlalu banyak yang dipertaruhkan dunia kalau Indonesia sampai guncang. Jadi punya pemimpin brengsek justru aman. Sebaliknya, punya rakyat brengsek yang bakalan susah. Itulah kenapa saya berharap Jokowi ketahuan curang, karena kalau ternyata dia tidak curang (atau pihak lawan jelas-jelas ketahuan lebih curang daripada dia) maka 'musuh' Indonesia bukanlah satu orang kampret yang bisa dikudeta, melainkan banyak saudara-saudari kita sendiri yang bersikeras hidup dalam kebencian. Saya ga minat ada dalam perang saudara. Bukan untuk ini dulu para pahlawan kita mengorbankan jiwa dan raga mereka.

Saya dulu ikut klub ilmiah di SMA, diajari mencari data dan berdebat. Dua hal yang saya ingat dari klub itu adalah: Tidak boleh memanipulasi data atau hanya mengambil data yang cocok dengan apa yang kita hipotesakan; Bila memang ternyata kesimpulan kita salah, jangan berdebat memaksakan kesimpulan kita yang salah itu namun akuilah. Istilahnya main yang anggun gitu. Ini pegangan hidup saya selama ini, dan buat saya siapapun yang berpendidikan harusnya mengerti hal ini; namun pilpres ini membuka mata saya bahwa berpendidikan tidak berarti mampu secara adil menganalisa data dan mengakui kesalahan, berpendidikan tidak sama dengan berpikiran terbuka.

Contoh paling nyata adalah artikel terbaru yang beredar tentang bagaimana SMRC 'mengakali' quick count mereka. Seperti anda baca, orang-orang di Kaskus langsung menunjukkan mosi tidak percaya pada orang ini karena berasal dari pkspiyungan yang terkenal tidak netral (ya, saya mencoba sopan), namun pendukung artikel ini berkeras bahwa datanya valid walau sumbernya tidak netral. Buat saya logis saja, kalau memang valid kenapa tidak semua dikupas? Kenapa tidak seluruh penyelenggara QC yang diselidiki dengan adil dan berimbang? Kalau memang salah ya salah dan bukan dicari-cari kesalahannya. Sayangnya banyak orang Indonesia tidak mengerti hal ini dan menelan mentah-mentah apa yang ada di media, bukannya teliti dan membandingkan apakah isi berita itu benar adanya dan apakah pihak penyebar berita bersih dari 'dosa'. Jokowi boneka karena didukung PDI-P, tapi Prabowo didukung lebih banyak lagi pihak. Jokowi ke-Islamannya diragukan, tapi Prabowo punya lebih banyak sanak-saudara non-muslim dibandingkan Jokowi. Jokowi haus kekuasaan dan meninggalkan mandat, padahal HaRa juga meninggalkan mandatnya selaku menteri untuk jadi cawapres. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak pernah terjawab secara elegan oleh pembenci Jokowi, dan biasanya mereka mengulang cerita terus dan terus seperti beo: Jokowi itu akan merusak ke-Islaman Indonesia, Jokowi itu boneka, Jokowi itu koruptor, Jokowi itu PKI, Jokowi itu Cina, dan seterusnya tanpa bisa memberikan fakta konkrit asal mula tuduhan itu dan apakah memang kadar kesalahan Jokowi sedemikian beratnya sehingga hanya dia yang dicecar. Maksud saya, apa iya gubernur Jakarta yang lain tidak korup dan bersih suci? Tapi yang namanya ketidaksukaan ternyata lebih kuat daripada akal sehat, dan bukannya melihat secara objektif yang dilihat cuma jeleknya Jokowi yang belum tentu benar.

Ingat dulu MUI mencoba menghentikan acara infotainment karena dianggap gosip dan tidak mendidik/ berbahaya? Pilpres 2014 ini adalah ajang gosip dan rumor dan 'katanya' tingkat tinggi, dan tidak ada yang menghentikan. Dan yang berusaha menghentikan/membantah rumor tentang Jokowi dicap fanatik. Sebaliknya, tidak ada yang bisa menjawab kenapa HaRa yang anaknya bebas setelah (tak sengaja) membuat seseorang meninggal dianggap pantas menjadi wakil presiden. Inilah ketelanjangan masyarakat Indonesia yang terungkap saat pilpres ini: mana yang penuh harap, mana yang penuh benci, mana yang mau berpikiran luas, mana yang masih berpikiran sempit, mana yang munafik dan mana yang jujur. Inilah kenapa saya berharap Jokowi terbukti curang atau kalah secara fair dalam pemilu (tapi bukan 'dikalahkan'), karena setidaknya mereka tidak bisa lagi menghambat saya dan warga negara Indonesia yang berusaha memajukan Indonesia. Jagoan mereka sudah menang toh, apa lagi yang diinginkan? Tapi ini cuma harapan kosong belaka. Orang yang mau begitu saja percaya dengan fitnah selama itu 'cocok' dengan dirinya, orang yang hanya mau mendengar apa yang ingin ia dengar, orang-orang ini hanya akan menjadi boneka dan berkoar lantang sebagaimana apa yang dimaklumatkan sang dalang. Kalaupun Jokowi ketahuan curang dan/atau kalah secara sebetul-betulnya, akan ada isu-isu lain yang selalu bisa dihembuskan untuk pengalihan perhatian bilamana masyarakat sudah terlalu kritis, dan orang-orang ini lagi-lagi akan memakan fitnah ini dan berbuat sebagaimana diharapkan sang dalang. Tidak akan ada yang berubah. Dan ini, ini adalah musuh Indonesia yang sebenar-benarnya. 

Jangan anggap Indonesia unik dalam hal ini. Orang picik itu tak terpengaruh pendidikan dan negara, dimanapun selalu ada orang picik dan negatif, yang mementingkan diri sendiri. Saya bisa bilang demikian karena semua tuduhan terhadap Jokowi intinya 'dia bukan kita' dan/atau 'dia tidak sepaham'. Buat saya, bagus dia tidak sepaham. Selaku kaum minoritas bila Jokowi mendekatkan atau mengafiliasikan diri dengan kaum mayoritas (apalagi yang berbahaya seperti FPI) maka saya dan golongan saya harus siap-siap 'ditekan' lagi. Ya, Indonesia bukan cuma terdiri dari satu agama, atau lebih tepatnya satu aliran agama. Islam banyak alirannya, dan selama mereka tunduk kepada satu Tuhan (sebagaimana tercantum di Pancasila) tiap aliran ini dan berbagai agama non-Islam lainnya berhak ada dan beribadah di Indonesia. Begitu pula dengan tuduhan bahwa ia Cina, yang buat saya bukan tuduhan sama sekali. Bangsa Cina sudah berdagang dan berasimilasi dengan orang Indonesia semenjak ratusan tahun yang lalu, dan mereka sudah menjadi bagian dari Indonesia sebagaimana Arab dan Portugis. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, dan etnis; dan kemerdekaan kita pun didapat dengan perjuangan dan tumpah darah semua orang ini, bukan hanya dari satu golongan (agama) saja. Sah dan wajar saja bila saya sewot saat mendengar anda mewek/ngambek karena si capres ini 'bukan golongan' anda, atau akan tidak berpihak pada anda. Presiden seharusnya tidak berpihak pada satu golongan, karena dia pemimpin negara yang tanggung jawabnya ke seluruh rakyat Indonesia dan bukan golongan anda saja.

Artikel ini tentunya akan tidak mengena di pembenci Jokowi, yang hanya akan me-skim/membaca cepat dan mencari keyword sebelum menjatuhkan sanksi: Artikel tidak bermutu, isinya cuma sampah dan puja-puji terhadap Jokowi. Walaupun saya tidak ada memuji Jokowi. Walaupun isu yang saya pertanyakan itu sah dan bukan buatan. Tapi artikel ini memang bukan untuk mereka. Artikel ini adalah untuk anda yang masih berpikiran terbuka, anda yang berani berpikir bahwa Indonesia bisa lebih baik. Artikel ini berusaha mengingatkan anda akan bahaya laten kebencian dan keegoisan (yang buat saya lebih berbahaya dari bahaya laten komunis) yang berpotensi menghancurkan Indonesia: karena Indonesia hanya bisa maju dan menjadi lebih baik bila kita bisa bersatu, bila kita mampu melihat sesama warga negara Indonesia sebagai 'saudara' dan bukannya musuh/ancaman, bila kita mau berpikir jernih sebelum berpihak agar tidak disetir oleh dalang-dalang yang haus kekuasaan, bila kita tidak sibuk menghujat dan menghakimi orang lain hanya karena tidak sepaham atau segolongan dengan kita. 

Indonesia itu besar, besar sekali. Sudah saatnya kita maju dan menjadi lebih baik. Sudah saatnya kita menjadi dewasa dan mampu mencerna informasi secara jernih dan adil, dan dengan demikian mampu membagikan informasi yang benar dan berdasar kepada saudara-saudara kita, lagi-lagi demi Indonesia yang lebih baik. Sudah saatnya kita berhenti berpikir sebagai "saya" dan "kamu", dan mulai berpikir sebagai "kita". Siapapun presidennya, harapan itu sudah muncul. Keinginan untuk maju itu sudah terbit. Jangan biarkan semangat perubahan ini padam begitu saja.

Hidup Indonesia!

2 comments:

  1. gw sih berharap hasi real count jokowi jk menang, soalnya klo sampe kalah ngeri bgt. di socmed udah pada heboh mau galang masa buat rusuh. Dan buat gw JK itu ga fair ngomong di tivi soal curang kayak gitu, gw jd nyesel milih dia. klo menurut gw sih siapapun presidennya ujung2nya bakal sama, yang ganti itu cuma elite politik di atasnya aja, rakyat kayak kita mah ya begini-gini aja, cuma kalau sampe rusuh yang kasian ya rakyat yang kayak kita-kita juga yang tinggal disini ya heheee

    ReplyDelete
  2. Heeee? Masa sih?? Di sosmed gw ga ada ajakan rusuh gitu lho... Gw sih ngerti banget kalau pada panik dan kecewa, soalnya belum-belum indikasi lawannya curang udah banyak. Semoga real count itu bisa benar-benar real. Masalahnys saking ga percayanya kedua pihak pasti bakal mempertanyakan hasilnya. Seperti gw bilang, eforia politik ini membangkitkan harapan yang semoga tidak padam begitu saja. Indonesia bisa jadi lebih baik kok, gw yakin itu :)

    ReplyDelete

Search This Blog